Kamis, 16 April 2009

Gaya Modifikasi Mobil 2009 = Fungsional +

Ekonomis


Oleh : FM. Nawitaningrum (Reporter Tabloid OTOMOTIF)

Resesi, jatuhnya kurs rupiah dan kenaikan harga, efeknya sampai ke pelaku
modifikasi. Mulai akhir 2008 sampai 2009 ini, konsumen jadi lebih kritis.
Modifikasi enggak sekadar ikut tren, umumnya jadi lebih efisien dan
memakai skala prioritas dalam memodifikasi mobil. Pilihan aksesori
dan gaya modifikasi dilakukan dengan pertimbangan fungsi dan harga.
Gaya dandan seperti ini yang bakal mewarnai tahun 2009, fungsional dan
ekonomis.


REPLIKA DAN SECOND


Karena masalah harga, aksesori impor asal Jepang atau Eropa hanya kini jadi
pilihan sebagian kecil penggemar mobil yang tidak sensitif harga alias
berkantong tebal. “Barang orisinal impor makin susah dijual, kita sediakan
by order aja. Sekarang logo orisinal dari Jepang bisa sampai Rp 800 ribu,
jadi enggak masuk akal. Pemakai mobil kebanyakan bakal lebih condong ke
produk replika bikinan Taiwan atau second,”
kata Agus Djaja Somad dari Autoline.

Pelek replika bikinan Taiwan, untuk yang baru harganya sekarang berkisar

p 4-5 juta untuk diameter 17 inci, sampai Rp 9 juta untuk diameter

9 inci. “Karena ekonomi lagi susah, buat sebagian orang terasa mahal juga.

jadi larinya ke pelek second, harganya bisa berkurang sampai

30 persen,” bilang pemilik bengkel dan toko aksesori di Kedoya, Jakbar ini.

Untuk yang mementingkan image dan kualitas, pelek Jepang second bisa

jadi pilihan. Tapi sekarang harganya juga terhitung enggak murah.

Pelek Jepang bekas berdiameter 19 inci bisa sampai belasan juta juga.


Untuk mengakali tingginya harga, maka modifikasi pun mesti pakai strategi

efisiensi.

Artinya, mobil tetap fungsional, harga terjangkau tapi tampilan menarik.

Pelek Taiwan dengan desain copy-an pelek Jepang seperti SSR, Work atau

Volk Racing, bakal tetap jadi primadona. “Kalau untuk mobil kecil atau

sedan, rata-rata pelek ukuran antara 17 sampai 18 inci. Pelek 20 ke atas

masih dipakai, tapi untuk SUV,” jelas Agus.

Untuk modifikasi yang efisien, gaya paling tepat ya apalagi kalau enggak

daily use alias simpel. Karakternya bisa saja racing atau elegan, tergantung

selera dan pilihan aksesori. “Gaya racing enggak ada matinya, variasi

aksesorinya banyak banget. Noblesse yang biasanya cuma bikin body kit

elegan aja sekarang keluarin versi racingnya, Noblesse Pentium Sport,” papar

penggemar gadget ini.

Enggak cuma pelek dan bodi kit, minimalisasi juga akan terjadi pada

gaya body art seperti airbrush. Body art dengan karakter simpel akan

lebih disukai, karena tidak terlalu mencolok dan bisa dipakai untuk sehari-hari.

“Tahun 2005-2007 gayanya ekstrem dengan warna-warna mencolok

seperti stabilo atau scotlight. Akhir 2008 ke 2009 ini terjadi

perubahan, lebih kalem. Warna-warna seperti putih mutiara, silver atau

gold lebih disukai. Warna cerah seperti kuning atau oranye masih dipakai,

tapi pakai xirallic jadi enggak mencolok sekali. Untuk cat bodi, seperti

tahun lalu putih masih banyak disukai. Cat custom seperti bunglon yang

harganya mahal itu sudah lewat masanya sejak tahun lalu,” papar Tomi dari

Tomi Airbrush.

Seperti warna, perubahan gaya body art tahun ini juga terlihat pada motif

atau grafisnya. Di ajang kontes modifikasi, motif ‘ramai’ seperti lidah api

di berbagai bagian mobil, dengan warna-warna candy yang mencolok masih

disukai karena lebih mencuri perhatian.

Tapi untuk daily use atau yang sekadar ingin terlihat beda, grafisnya

cenderung simpel dengan stripping di kedua sisi bodi saja. Tampilannya

tidak mencolok tapi terlihat beda, dengan kombinasi 2 warna saja atau

gradasi. “Karena lebih fungsional. Mobil yang dimodifikasi masih bisa

dipakai untuk harian, enggak perlu ganti mobil. Motif ekstrem juga butuh

biaya lebih tinggi,” bilang seniman airbrush yang berpraktek di Pademangan,

Jakut ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar